Entah berapa banyak waktu yang saya habiskan buat scrolling-scrolling
Jari-jari seperti treadmill di layar handphone, lalu masuklah banyak hal yang akhirnya mengalihkan pikiran saya yang tadinya mau mengikat ilmu. Mau mengambil hikmah atas sebuah kejadian, atas apa yang saya baca dan dengar.
Mau menumpahkan rasa yang meluap hingga akhirnya selesai jari ‘treadmill’ di layar lalu energi saya pun surut. Ditambah suara anak bayi yang merengek minta menyusu, buyarrrr…
Saya suka dengan instagram, tapi hanya sebatas untuk memposting hasil foto latihan jepret makanan. Hobi food photography and styling dan melihat para fotografer favorit saya beraksi. Sisanya, ada beberapa teman-teman dan tetangga yang saya ikuti.
Iya, saya nggak memfollow semua teman atau tetangga, apalagi kalau hanya bikin akun dengan postingan 1, tanpa keterangan aaaah males deh rasanya, ngabis-ngabisin jatah follow orang aja kan yaaa… Dan saya pun nggak paham kenapa orang-orang dengan jenis ini minta folbek. Duh, ya… saya menganut prinsip, followlah seikhlasnya. Kalau nggak difollow bukan berarti nggak berteman juga kan ya. Pertemanan di dunia nyata itu di atas segalanya 😀
Ditambah, saya sungguh rindu menulis panjang. Instagram biar bagaimanapun memberi ruang lebih banyak dari pada twitter. Dan di saat blog saya hilang, Instagram telah membantu saya mengingat momen-momen yang saya ingin kenang. Instagram juga merekam perjalanan ‘belajar’ saya, dan membuat saya belajar kreatif untuk tetap bercerita meski tanpa postingan diri.
Jadi, dalam rangka mengurangi treadmill jari, saya lari di sini aja deh 🙂
NO COMMENT