READING

Simpan Pertanyaanmu, Lebih Baik Gercep Membantu.

Simpan Pertanyaanmu, Lebih Baik Gercep Membantu.

Di penghujung 2020, pandemi bukan bukan berhenti tapi malah makin bersemi. Kabar-kabar pasien terinfeksi Covid bukan menurun, tapi malah makin bertambah. Bahkan, lingkarannya semakin dekat. Berita-berita duka cita makin menguras airmata. Bukan hanya lewat layar kaca, tapi nyata di depan mata. Dokter, Perawat, Guru, Karyawan, Pengusaha, Ulama, Ibu rumah tangga dan para pekerja lintas bidang semua dihantam badai yang sama, Covid 19. Innalillahi wa innailaihi rajiuun…

Di lingkaran pertemanan yang hanya saya kenal lewat sosmed, kabar-kabar hasil positif dan harus isolasi mandiri itu bersliweran. Belum lagi sahabat yang saya kenal langsung. Di lingkaran tetangga dekat rumah saya, sejauh ini sudah ada 6 kasus.

Untuk siapapun yang tengah mendapat ujian nikmat sakit dan dinyatakan positif Covid, semoga Allah berikan kesembuhan dan jadikan kesabarannya sebagai tangga menuju tingkatan Taqwa yang lebih tinggi. Untuk yang diberikan kesehatan sampai hari ini, syukuri nikmatnya dan sadari bahwa semua ini karena perlindungan Allah. Tetap menjaga kesehatan dengan ikhtiar sehat yang diyakini. Aliran suplemen dan vitamin, silakan. Aliran Resep Jurus Sehat Rasulullah-nya dr Zaidul Akbar, mangga dijalankan.  Ditambah menjalankan prosedur kesehatan standar saat ini. Kurangi bepergian keluar rumah saat ini jika ada urusan yang tidak penting. Kalaupun harus keluar rumah, bawa ‘senjata’ masker dan sering-sering cuci tangan juga membawa Hand Sanitizer saat bepergian.  

 Yang sehat membantu yang lemah. Ketika mendengar sahabat atau kerabat yang terkena Covid, simpan pertanyaan-pertanyaan singkatmu yang membutuhkan jawaban panjang dna menghabiskan energi bagi yang menjawab.

Ketimbang kita bertanya,

“Koq bisa kena?”

“Kena dimana?”

Atau pertanyaan yang memberatkan lainnya di saat orang sedang sakit, alangkah baiknya kita menahan diri dulu untuk mengeluarkan pertanyaan-pertanyaan sejenis yang sebenarnya hanya untuk menjawab rasa keingintahuan kita yang (terlalu) tinggi. Jika kemudian pasien yang ingin bercerita, kita bisa dengarkan sharingnya sebagai pengalaman berharga. Tapi, jika saat itu belum tiba, lebih baik kita melakukan hal yang bermanfaat dan membantu dengan kemampuan terbaik yang kita miliki.

Jangan lupa membaca do’a ini ketika mendengar orang lain tertimpa musibah ya…
Sumber : Instagram @muhammadnuzuldzikri

“Simpan pertanyaanmu, lebih baik gercep (gerak cepat) membantu… “

Izinkan saya berbagi sedikit pengalaman saat bersama beberapa tetangga dekat mendampingi Mbak Esti Sugeng, Ibu RT komplek rumah saya, ketika menghadapi kabar bahwa ada warga yang positif Covid di lingkungan kami. Sedikit cerita sebagai warga jelata dalam menghadapi kabar yang bikin perasaan campur aduk kala itu. Nggak karuan, karena tetangga yang positif itu kebetulan memang kerabat dekat keluarga kami, jadi ikut merasakan bagaimana lesunya kondisi saat itu.

Sekitar bulan Agustus 2020, Corona Virus akhirnya masuk komplek kami, setelah Tangsel sudah ramai dengan berjatuhan korban Covid. Laporan seorang tetangga saya yang positif Covid itu langsung ditanggapi Satgas Covid dengan dibuat pengumuman resmi di WA Group Komplek, agar warga lainnya mengetahui dan lebih waspada, juga untuk memberikan dukungan. Kebetulan di komplek saya sudah dibuat tim Satgas Covid untuk menangani pertanyaan-pertanyaan seputar informasi dan penanganan Covid, agar memudahkan informasi yang masuk dan menghindari hoax.

Jadi, saat diumumkan kabar itu, saat itu langsung gerak cepat membagi tugas. Ada yang berkontak dengan keluarga pasien, ada yang mendata daftar kebutuhan, dan data kebutuhan itulah yang kemudian digelar pada warga untuk secara sukarela memilih memberikan bantuan sesuai kemampuan.

Luar biasanya, tetangga-tetangga lain juga langsung gerak cepat. Masing-masing perwakilan blok menuliskan bantuan apa yang bisa dikirimkan, mulai dari makanan, vitamin, hingga disinfektan. Pemandangan bahu membahu ini sungguh mengharukan. Keindahan berbagi di tengah pandemi.

Dibuatlah prosedur pengiriman bantuan selama 2 pekan, untuk meringankan pasien dan keluarga selama isolasi mandiri. Bagi warga yang ingin mengirimkan makanan, pihak RT membantu menyediakan meja panjang di depan rumah pasien. Semua bentuk kiriman disimpan di meja itu lalu siapapun pengirimnya harus memberi kabar pada pemilik rumah.

Tapi, biar bagaimanapun kabar ini sekaligus menjadi kegaduhan bagi beberapa orang yang mudah panik. Alhamdulillah, kebetulan ada Dokter Risa De Apna, seorang tim Dokter penanganan Covid dari Puskemas setempat yang tinggal di komplek kami. Melalui beliau, pengumuman-pengumuman informasi seputar kesehatan menjadi terasa lebih ‘bernyawa’ untk dipatuhi warga, beliau juga yang menjadi tempat konsultasi warga dan membantu koordinasi pemantauan pasien menjadi lebih mudah.

Alhamdulillah, berkat pertolongan Allah, tetangga kami dan keluarganya itu sekarang sudah sehat dan beraktivitas normal kembali.    

Jadi, apa yang bisa kita lakukan sebagai orang luar/teman/tetangga untuk membantu mereka yang dinyatakan positif Covid?

  1. Menyampaikan dukungan kepada pasien. Sepotong pesan sapaan atau bahkan do’a yang dikirimkan nggak sampai 1 menit itu sungguh akan menjadi bentuk perhatian yang bisa menambah kekuatan untuk mengumpulkan kepingan hati yang sedang pecah membaca hasil diagnosa positif.
  2. Jika harus isolasi mandiri di rumah, cari tahu berapa jumlah keluarga yang tinggal, apa kebutuhan keluarganya agar bisa mendata dan mengkoordinir bantuan.
  3. Jika kita adalah orang yang cukup dekat dengan keluarga pasien, bantu untuk menjadi ‘juru bicara sementara’. Tugasnya menyampaikan kabar terkini pada Ketua/Pengurus RT atau Gugus Covid setempat. Dengan tetap berkontak pada pasien, kita bisa terus memantau perkembangannya dan meneruskan kabar ini pada yang berkepentingan. Kabar dan kondisi yang jelas ini sekaligus bisa menentramkan warga yang kadang panik dan akhirnya suka mengeluarkan ekspresi yang kurang bersahabat.

4. Menghargai keputusan-keputusan pihak keluarga pasien tanpa menghakimi atau berkomentar seolah-olah kita adalah ahlinya.

(Misalnya, pada kasus di komplek saya ketika ada satu keluarga berisi 8 orang, 4 anak negatif, 3 dewasa dinyatakan positif, 1 kondisi terparah dirawat di RS, 2 OTG tetap di rumah, 1 orang usia lanjut dengan penyerta kanker Paru juga diputuskan tetap di rumah. Keputusan Manula yang positif dengan penyerta yang berat tetap di rumah adalah hasil keputusan panjang keluarga yang sudah berdiskusi dengan banyak dokter terkait yang pasti sudah menyita waktu, energi, pikiran yang melelahkan. Pun, jika harus dibawa ke RS, maka prosedurnya amat rumit dan tidak ada pendamping karena orang dewasa seisi rumah yang juga positif tidak mungkin berkeliaran. Sementara untuk menuju RS, tetap diperlukan pendamping dari pihak keluarga langsung untuk mengurus administrasi yang diminta oleh pihak RS . Kondisinya rumit).

Jadi, jangan menghakimi keputusan-keputusan keluarga karena kita tidak berada di sana dan tidak tahu bagaimana kesulitan yang sebenarnya. Percaya bahwa keputusan yang diambil keluarga pasien pasti atas diskusi panjang berbagai pihak.

5. Tidak mengucilkan/menjauhi/apalagi menghujat karena virus Covid bisa kena pada siapapun. Yang bisa kita lakukan adalah menjaga diri semaksimal mungkin. Dan terkena Covid  19 bukan aib, Insya Allah bisa disembuhkan.

6. Membantu mensuplai informasi-informasi penting dengan sumber terpercaya agar bisa menjadi solusi atau penguat diri pasien.  

7. Mengirimkan bantuan pada keluarga pasien agar memudahkan kehidupannya di masa-masa berat ini. Jika dia perlu berbelanja, kita bisa menawarkan bantuan untuk membelanjakan kebutuhannya.

Beberapa bantuan penting yang bisa dikirimkan untuk mendukung pasien ataupun keluarganya yang sedang Isolasi Mandiri.

1. Mengirimkan makanan siap saji atau catering harian. Pilihan ini dengan tujuan untuk mengurangi energi masak sehingga bisa fokus pada hal lebih penting lain.

2. Buah-buahan atau Jus Segar.

3. Frozen Food (Ayam, Ikan, Kentang, Dimsum, Kebab, Donat atau sejenisnya yang bisa mudah dimasak sekejap)

4. Kudapan sehat

5. Madu/herbal Habatussauda/Minyak Zaitun/ Qistul Hindi atau vitamin

6. Masker Medis

7. Hand sanitizer/Disinfektan

8. Detergen

9. Kebutuhan pokok lainnya seperti beras, minyak goreng,  susu, roti atau apapun yang dianggap perlu. Bahkan jika ada bayi, akan sangat bermanfaat jika disuplai Diapers.

10. Jika berleluasa rezeki, bisa juga memberikan dalam bentuk uang. Karena ini sangat dibutuhkan untuk membayar biaya Swab PCR atau lebutuhan medis lainnya yang biayanya tidak murah.

Beberapa Herbal yang biasanya jadi andalan untuk Imunitas :

1. Habbatus sauda

Imam Bukhari meriwayatkan dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha. bahwa ia pernah mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya: “Sungguh dalam habbatus sauda’ itu terdapat penyembuh segala penyakit, kecuali as-sam.” Saya bertanya, “Apakah as-sam itu?” Beliau menjawab, “Kematian”.

2. Madu. Tentang khasiat madu, bisa dibaca lengkapnya di sini

3. Untuk meningkatkan imun tubuh, bisa coba resep minuman Power of Six dr. Zaidul Akbar (Jahe, kunyit, Serai, Kayu manis, Temulawak, Kencur) atau Mpon-mpon, apapun rimpang-rimpangan alami dengan banyak manfaat itu bisa dijadikan plihan ikhtiar.

4. Qistul Al Hindi. Belakangan ini, ramai orang mencari herbal ini dan diyakini bisa menjadi ikhtiar kesembuhan.

“Gunakanlah dahan kayu India, karena didalamnya terdapat tujuh macam penyembuh, dan dapat menghilangkan penyakit (racun) di antaranya adalah radang penyakit paru.”

5. Minyak Zaitun.

Hendaknya kalian menggunakan pohon yang berkah ini, yaitu pohon Zaitun dan minyak Zaitun. Dan gunakanlah sebagai obat. Karena ia bisa menyembuhkan wasir” (HR. Ath Thabrani)

6. Air Zam-zam.

(Sebenarnya ini bukan kategori Herbal, tapi entah kenapa selalu ada dijual di Toko Herbal :D)

“Sebaik-baik air di muka bumi adalah air zam-zam. Air tersebut bisa menjadi makanan yang mengenyangkan dan bisa sebagai obat penyakit.” (HR. Thabrani)

Semoga kita yang dianugerahi kesehatan ini bisa membantu meringankan sahabat atau kerabat kita dengan ‘hadir’ di sampingnya melalui apa yang dilakukan meski dari jarak jauh. Minimal, menghibur hatinya dengan mentransfer kalimat-kalimat baik yang bisa menguatkan.

Bagi yang Allah berikan kesembuhan dari Covid, mungkin bisa membantu berbagi cerita dan tips pengalamannya bertahan menghadapi Covid, amalan-amalan apa yang dilakukan saat mental sedang terjun bebas hingga bisa kuat dan bangkit lagi.

“Barang siapa yang menolong kesusahan seorang mukmin, maka Allah ta’ala akan menolongnya dari kesusahan pada hari kiamat.” 

(HR. Bukhari).

Oiya, ada beberapa hal penting yang saya pelajari dari kasus kesembuhan tetangga saya.  Secara umum :

1. Keterbukaan. Pada banyak kasus, orang memilih menutupi karema khawatir akan respon masyarakat seperti dikucilkan ataupun dinyinyiri.

2. Menjalani langsung protap isolasi di RS pada yang bergejala, dan isolasi mandiri yang cukup ketat di rumah.

3. Koperatif dan Rajin lapor kondisi keluarganya pada Gugus Covid atau pihak RT setempat, sehingga memudahkan pada pihak medis dalam memberi saran atau masukan.

Secara khusus, yang bersangkutan dan keluarganya tidak panik dan menyikapi sakit ini dengan iman. Modal iman ini yang sekaligus menjadi penguat imun. Qadarullah waa maa syafa’ala. Allah telah mentaqdirkannya dan apa yang Dia kehendaki, Dia lakukan.

Lahaulaa walaa quwwata illabillah. Tiada daya dan upaya selain karena pertolongan Allah. Memang bukan hanya di lisan, tapi memang dijalani dalam perilakunya.

Bekal khusus itu yang menaikkan terus imun tubuh dan psikis pasien sehingga cepat berangsur-angsur pulih. Ditambah bantuan dan support sistem yang kuat dari keluarga dan handai taulan, tentu membawa kententraman bagi pasien dan keluarga untuk segera pulih.


Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.
(QS. Ar-Ra’d : 28)

Allahu A’lam…

Catatan : Rekomendasi yang saya tuliskan mungkin masih terlalu sederhana, silakan barangkali ada yang mau melengkapi tipsnya ataupun rekomendasi Herbal untuk imun tubuhnya.


  1. Nurie Lubis

    27 January

    Masyaa Allah. Cuma 1 komenku: aku setuju dengan setiap paragraf yang ada di tulisan ini. Barakallahu fiiki <3

    • Adenita

      28 January

      Masya Allah, Wa Fiik Barakallah Ibuk shalehah… menunggu tambahan sharing dari dirimu nih 🙂 Btw, haturnuhun sudah mampir hihi

  2. Bayu

    19 February

    Hi Denit,
    Setuju dengan judulnya neh, regardless orang itu berpunya atau tidak tapi sebuah bantuan atau perhatian dari sahabat akan sangat berarti buat jadi penyemangat. Faktor kunci dari kesembuhan adalah semangat untuk sembuh. Kita bukan dokter, so yang kita bisa perbuat adalah memberi semangat. At least itu yang gw alamin, thanks para sahabat khususnya buat Agung & Denit yang dah bantu & support gw dan keluarga. Jazakallah Khoir…

    • Adenita

      25 February

      Masya Allah, tersanjung nih dikunjungi om Bayu… Ngebayangin kondisi Om Bayu kemarin dan keluarga, salut banget bisa melewati semua ini dengan baik. Semoga Allah jadikan kesabaran sakit kemarin sebagai penguat taat. Jazakallah Khayran atas sharingnya, Barakallah Fiikum Om Bayu dan Mbak Devi 🙂

Your email address will not be published. Required fields are marked *

By using this form you agree with the storage and handling of your data by this website.

INSTAGRAM
https://www.instagram.com/adenits/