Terkesima mendengar kisah, bahwa dalam Al-Qur’an, kisah orang yang berbuat salah, tidak pernah disebutkan namanya, tapi hanya diceritakan perilakunya .
Dalam surat Yusuf, nama Zulaikha yang menggoda Nabi Yusuf untuk berbuat zina, hanya disebutkan dengan “perempuan itu”…
Bahkan sekelas Firaun, orang yang perilakunya paling dzalim pada masa Nabi Musa sekalipun, tidak disebutkan namanya dalam Al-Quran. Fir’aun bukanlah nama seseorang tapi sebutan bagi Raja Mesir di zaman itu .
Betapa kita diberikan pelajaran penting dari Al-Qur’an, untuk tidak mudah menyebutkan nama seseorang yang telah berbuat salah di hadapan orang banyak. Kalaupun perilakunya yang salah harus disebutkan, itu agar menjadi pengingat, hikmah dan pelajaran agar kita tidak jatuh pada kesalahan yang sama.
Membaca kembali catatan kajian tahun 2017 lalu, bikin saya (kembali) merenung, betapa Allah begitu santun menutup aib hamba-Nya. Jadi kalau hari ini nama kita disebut sebagai orang baik, jangan merasa hebat dulu. Karena nama kita terlihat baik di hadapan orang lain adalah karena kebaikan dan kemurahan hati Allah menutupi segala aib diri.
Dan satu hal, kadang kita tidak menyadari kehadiran rezeki ini. Jadi mungkin kalau suatu hari, ada hati yang lesu kalau :
pekerjaan sedang terhambat,
kesehatan sedang terganggu,
pedagang belum bertemu dengan pembeli,
bisa jadi rezeki kita hari itu memang bukan itu semua. Tapi rezeki kita hari itu adalah ditutupnya aib-aib diri di hadapan manusia. Subhanallah 🙁
Rezeki yang kadang luput terhitung…
NO COMMENT